navigasi

Senin, Maret 31, 2008

Kebangkitan Geert Wilders. Pendulum Politik Belanda Berayun ke Kanan

Geert Wilders
Di Belanda, strategi politik kelompok Kiri yang mendatangkan imigran agar mereka memberi suara bagi “terpilihnya masyarakat baru” ternyata telah memukul mereka sendiri. Setelah pemilu bulan November 2006, Partai Buruh Belanda (PvdA) menunjuk dua menteri imigran untuk mengurus masalah imigran Muslim. Menteri imigran Admed Aboutaleb lahir di Maroko dan menteri imigran Nebahat Albayrak lahir di Turki, keduanya punya warga negara ganda. Geert Wilders adalah ketua Partai Kemerdekaan (PW) yang terkenal sangat menentang Islam. Geert Wilders menentang penunjukkan kedua menteri ini karena selain punya kewarganegaraan Belanda, masing2 juga punya kewarganegaraan Maroko dan Turki. Wilders berkata dia ragu akan kesetiaan warga negara Belanda yang juga ingin setia terhadap negara asalnya. Pernyataan politik Wilders dikecam, tapi masyarakat Belanda tampaknya berpihak padanya. Kemaren, poll pengumpulan pendapat Belanda yang sangat dipercaya menunjukkan bahwa Partai Wilders telah menjadi hampir sama besar dengan PvdA dalam pembagian 150 kursi Parlemen Belanda. Jika Pemilu diadakan hari ini, maka PW akan dapat 19 kursi (dibandingkan hanya 9 kursi di Pemilu tahun lalu), sedangkan partai Pemerintah PvdA hanya akan dapat 20 kursi (turun dari 33 kursi tahun lalu). Sekutu partai PvdA juga tidak akan mampu mengurangi kekalahan tersebut. Partai Kristen Demokrat CDA milik PM Jan-Peter Balkenende, hanya akan dapat 38 kursi (sekarang punya 41 kursi di Parlemen) dan partai Calvinist CU akan dapat 8 kursi (naik dari 6 kursi tahun lalu). Persekutuan CDA-PvdA-CU akan kehilangan kedudukan mayoritanya. Pemilu November 2006 menunjukkan ayunan kuat ke politik kiri. Tapi poll kemaren menunjukkan bahwa pendapat masyarakat di Belanda sekarang kembali lagi berayun ke kanan. Seperti yang kutunjukkan bulan lalu di American Conservative, politik Belanda berayun bagaikan pendulum. Masyarakat Belanda terang2an menolak pemberian suaka oleh Menteri Albayrak terhadap pendatang asing. Menurut Menteri Muslimah ini, proposal amnesti yang disetujui pihak Parlemen bulan Juni lalu, akan menguntungkan setidaknya 30.000 orang. Para pengritik memperingatkan bahwa hal ini akan mengakibatkan masuknya setengah juta orang asing ke Belanda. Di hari Sabtu lalu Prof. Ruud Peters yang mengajar hukum Islam di Universitas Amsterdam, mengatakan di pertemuan PvdA bahwa dia menunggu tibanya hari wanita berburka menduduki posisi di Parlemen. Ketua PvdA Wouter Bos, yang adalah PM Belanda dan juga Menteri Keuangan berkata bahwa menteri2 Aboutaleb dan Albayrak tidak akan mengenakan burka. “Kami bukan satu2nya partai yang beranggotakan politikus Muslim terkemuka. Kami berjuang bagi toleransi dan Islam liberal,” katanya. Greet Wilders meragukan apakah ada toleransi dan liberalisme dalam Islam. Bulan lalu dia mengusulkan agar Qur’an dilarang beredar, dan buku ini disebutnya sebagai “buku fasis yang mengajarkan kebencian dan pembunuhan.” Dia berkata dia ingin buku itu dilarang, bahkan di mesjid2 Belanda sekalipun. Pihak Pemerintah Belanda mempertimbangkan untuk menuntut Wilders atas pernyataannya, yang dianggap beberapa pihak sebagai ucapan kebencian rasial. Di lain pihak, kelompok Neo-Nazis Belanda mengritik Wilders atas politik neo-konservatismenya. “Kapitalisme Kasino” Wilders akan menyebabkan yang kaya tambah kaya dan yang miskin semakin miskin dan hanya menambah masalah dalam masyarakat multi kultur, demikian yang ditulis dalam website Dutch People’s Union (NVU). Meskipun kelompok Neo-Nazis memperkirakan PW partai milik Wilders akan menang 30 kursi di pemilu selanjutnya, mereka menyebutnya sebagai politikus yang “berbahaya” karena dia adalah “kawan Israel.”

Tidak ada komentar: