2. Keledang
3. Gohok
4. Kesemek
5. Ceplukan
6. Kecapi
7. Lobi - Lobi
(Antara/widodo s jusuf) Sejumlah Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia mengucapkan sumpah dan janji jabatan yang dipimpin oleh Presiden Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Rabu (21/12).
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melantik 26 Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia. Presiden mengambil sumpah jabatan para diplomat itu sebelum mereka terbang ke negara penugasan masing-masing.
Acara pengambilan sumpah jabatan dan penandatangan berita acara pengambilan sumpah dilaksanakan di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (21/12).
Hadir dalam acara tersebut Wapres Boediono dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II. Perwakilan MPR, DPR, DPD juga hadir. Berikut 26 duta besar yang dilantik: 1. Retno Lestari Priansari Marsudi, untuk Belanda berkedudukan di Den Haag. 2. Desra Percaya, wakil tetap Republik Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Internasional lainnya di New York, AS. 3. Prianti Gagarin Djatmiko Singgih untuk Negara Republik Bolivar Venezuela, merangkap Republik Trinidad dan Tobago, Grenada, Saint Vincent and Grenadines, Persemakmuran Dominika dan Saint Lucia, berkedudukan di Caracas, Republik Bolivar Venezuela. 4. Deddy Saiful Hadi, untuk Qatar, berkedudukan di Doha. 5. Saut Maruli Tua Gultom, untuk Negara Republik Ekuador, berkedudukan di Quito. 6. Andradjati, untuk Negara Republik Senegal merangkap di Republik Pantai Gading, Republik Gambia, Republik Guinea Bissau, Republik Gabon, Republik Demokratik Kongo, Republik Guinea, Republik Mali dan Republik Sierra Leone, berkedudukan di Dakar. 7. Mayerfas, untuk negara untuk Republik Sosialis Vietnam, berkedudukan di Hanoi. 8. Budiarman, untuk Negara Takhta Suci Vatikan, berkedudukan di Vatikan. 9. Elias Ginting, untuk Finlandia merangkap Estonia berkedudukan di Helsinki. 10. Teiseran Foun Cornelis untuk Negara Republik Kuba merangkap Persemakmuran Bahamas dan Republik Jamaika berkedudukan di Havana. 11. Subijaksono Sujono, untuk Negara Bosnia dan Herzegovina, berkedudukan di Sarajevo. 12. R Prayono Atiyanto, untuk Republik Azerbaijan, berkedudukan di Baku. 13. Andri Hadi untuk Singapura, berkedudukan di Singapura. 14. Sukanto, untuk Kesultanan Oman, berkedudukan di Muscat. 15. Djauhari Oratmangun untuk Federasi Rusia merangkap Belarus, berkedudukan di Moskow. 16. Agus Sarjana untuk Kroasia, berkedudukan di Zagreb. 17. Harbangun Napitulu di Mozambique, berkedudukan di Maputo. 18. Dewa Made Juniata Sastrawan, untuk Kerajaan Swedia merangkap Republik Latvia, berkedudukan di Stockholm. 19. Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Nurfaizi untuk Republik Arab Mesir, berkedudukan di Kairo. 20. Teuku Mohammad Hamzah Thayeb untuk Kerajaan Inggris merangkap Republik Irlandia dan IMO, berkedudukan di London. 21. Lutfi Rauf untuk Kerajaan Thailand, berkedudukan di Bangkok. 22. Dwi Ayu Arimami untuk Panama, berkedudukan di Panama City. 23. Dian Wirengjurit untuk Republik Islam Iran merangkap Turkmenistan, berkedudukan di Teheran. 24. Agustinus Sumaryono untuk Republik Namibia merangkap Republik Angola, berkedudukan di Windhoek. 25. Bomer Pasaribu untuk Kerajaan Denmark merangkap Republik Lithuania berkedudukan di Kopenhagen. 26. Ahmad Ni"am Salim untuk Republik Demokrasi Rakyat Aljazair, berkedudukan di Alger. (dtc) |
KOMPAS.com — Ponsel android mungkin kelak tak hanya berfungsi sebagai smartphone atau ponsel pintar. Sebuah perusahaan pengembang satelit di Inggris punya rencana edan karena berencana menggunakan ponsel android sebagai otak satelit.
Percobaan tersebut saat ini sedang dilakukan oleh Surrey Satellite Technology Limited (SSTL) di Guildford, Inggris, sebagai bagian dari inisiatif menggunakan kemajuan teknologi untuk membuat biaya satelit menjadi lebih murah.
Ide dari proyek ini memang masuk akal. Sebagaimana dilansir BBC, pihak SSTL menilai smartphone modern sangat luar biasa setelah dilengkapi prosesor 1 GHz dan memiliki memori yang berkapasitas besar, apalagi ponsel android yang memiliki slot SD card tambahan.
Dalam hal ini, sebuah smartphone sebanding dengan komputer mini—dengan catu-daya mandiri, antarmuka input-output, dan komunikasi radio—artinya sangat mirip dengan komponen utama sebuah satelit. Bedanya, satelit membutuhkan hardware yang telah dirancang khusus langsung pada tingkatan CPU, peralatan elektronik yang memiliki ketahanan yang memadai untuk berada di ruang angkasa dan sistem piranti genggam—yang secara keseluruhan, biaya proses perancangan dan pembuatan satelit menjadi sangat mahal.
Untuk misi ringan dan sederhana, sebenarnya nano-satellite (satelit mini) sudah jauh lebih murah dibandingkan dengan satelit biasa—terutama biaya pengiriman ke angkasa. Namun, inovasi yang dikembangkan oleh SSTL ini akan naik setingkat di atasnya, yaitu dengan mengombinasikan satelit berukuran nano dengan smartphone.
SSTL sama sekali tidak akan melakukan perubahan atau penyesuaian apa pun pada smartphone berbandrol resmi 450 dollar AS yang dipakai. Mereka hanya akan mengaitkannya pada sirkuit satelit dengan menggunakan konektor standar. Sebuah kamera akan dipasang di dalam satelit (STRaND 1) yang menghadap ke layar smartphone untuk memastikan satelit berfungsi dengan baik dan mepermudah pengawasan dari markas.
Bagaimana cara kerjanya?
Pertama, STRaND akan bekerja menggunakan kemampuan elektronik dan kontrol perangkat kerasnya sendiri, lalu akan membawa peralatan eksperimen lain, termasuk kamera yang akan mengambil gambar bumi dari atas.
Selanjutnya STRaND akan memeriksa apakah handphone android masih berfungsi atau tidak. Jika perfungsi, handphone android akan mengambil alih kendali (diakui oleh SSTL, untuk fungsi ini mereka merancang aplikasi khusus yang diinstalasikan di dalam handphone android). Selanjutnya, satelit yang sudah diambil alih sepenuhnya oleh handphone android akan megatur posisi dengan menggunakan fungsi GPS yang ada di dalamnya, lalu mengendalikannya dengan gyros dan plasma jet mini. Handphone juga akan mengambil gambar satelit itu sendiri dari orbitnya.
Doug Liddle, Kepala Lab Sains SSTL, menjelaskan, mereka telah melakukaan uji terhadap handphone android di dalam ruang kedap udara di bumi untuk mengetahui apakah handphone tahan jika nanti terpapar kondisi yang tidak sama dengan bumi. Handphone Google android dinyatakan lolos—diperkirakan akan tahan berada di ruang angkasa selama setahun non-stop. Doug dan kelompoknya meyakini, peluncuran pertama yang akan diselenggarakan kuartal ketiga tahun ini akan berjalan dengan baik.
Mengapa temuan ini menarik? Jika eksperimen ini berhasil, akan ada babak baru dalam dunia persatelitan dengan biaya yang lebih hemat—hingga ratusan ribu poundsterling (dari sekitar 10 juta poundersterling) untuk misi-misi sederhana yang kecil. Teknologi satelit semakin penting peranannya dalam kehidupan kita di masa-masa yang akan datang. Tentu saja penemuan ini sangat penting dan strategis. (KOMPASIANA/Gusti Bob)