TEMPO.CO , Nusa Dua:Selagi
menunggu ketetapan dan izin regulasi penyediaan jaringan 4G Long Term
Evolution (LTE) dari pemerintah, operator gencar melakukan sosialisasi.
Namun sosialisasi ini juga menghadapi tantangan, yaitu dari segi
kesiapan mobile device atau perangkat bergerak.
"Ini adalah bagaimana mendorong penggunaan handphone 2G ke 3G,
kemudian ke 4G," kata General Manager Network Development PT XL Axiata,
Rahmadi Mulyo Hartono, di Nusa Dua, Bali, Selasa 24 September 2013. Dia
menegaskan, hal tersebut kaitannya dengan membangun pengertian kepada
masyarakat.Sebenarnya, kata dia, di seluruh dunia, perangkat yang sudah bisa mengakses 4G, mencapai 948 tipe. Sebanyak 33 persen terdiri dari ponsel, sisanya laptop, modem, dan router.
Adapun dia menyebutkan, penerapan teknologi 4G memberikan banyak manfaat bagi pengguna personal. "Ini ibaratnya seperti 3G, sama-sama wireless tapi sifatnya selalu terkoneksi. Sama seperti menggunakan kabel LAN," ucapnya.
Dia mencontohkan, pengunjung situs YouTube tidak perlu menunggu waktu untuk buffering. "Kalaupun buffering, sangat cepat," kata Rahmadi.
Rahmadi mengatakan, untuk meaksimalkan jaringan 4G, frekuensi yang digunakan sebaiknya di 1.800 mega hertz per second (Mhz). "Jaringannya lebih luas, dari segi device juga ini yang paling kompatibel," ujar dia.
Penggagas dan peneliti ICT Institute Heru Sutadi di tempat sama mengatakan, jika nantinya 4G sudah diterapkan di Indonesia, jaminan kualitasnya harus melebihi 3G. Dia mencontohkan, ketika fitur video call dipromosikan di Indonesia beberapa tahun lalu, pada kenyataannya tampilan gambar kerap putus-putus, dan koneksinya lambat. "Padahal memakai teknologi 3G yang diadopsi dari negara lain," ucapnya.
SATWIKA MOVEMENTI