Perdana Menteri Belanda Jan Peter Balkenende menulis surat kepada beberapa pemimpin agama di Indonesia. Diantaranya adalah ke Ketua PBNU. Ia menjelaskan bahwa isi film Fitna yang dibuat Geert Wilders tidak mencerminkan politik pemerintah Belanda.
Surat PM Belanda itu dikirim sebelum Geert Wilders merilisnya via situs internet. Perdana menteri Jan Peter Balkenende menulis bahwa pihak kejaksaan baru bisa turun tangan kalau film ini sudah diputar dan dianggap menyebarluaskan kebencian antar golongan.
Surat Perdana Menteri Balkenende itu merupakan jawaban terhadap surat bersama beberapa pemimpin agama Indonesia sebelum ini. Dalam surat itu mereka meminta supaya pemerintah Belanda sebanyak mungkin membatasi dampak negatif film ini.
Kabinet Menyesalkan
Sementara itu, Kabinet Belanda juga menyesalkan penayangan film “anti Al-Quran” bikinan Wilders. Sebelum ini, PM Jan Peter Balkenende juga mengatakan, tidak melihat tujuan lain dari film itu selain hanya untuk menyakiti perasaan orang.
Ia juga tidak membenarkan apa yang telah dilakukan Wilders melalui film itu. Menurutnya dalam film Islam disamakan dengan berbagai tindakan keji. Namun menurut Balkenende mayoritas Muslim justru mengutuk berbagai kekerasan yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis. [rnl/cha/http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6599&Itemid=66]
Senin, Maret 31, 2008
Iran dan Mesir Mengecam Geert Wilders
Iran dan Mesir bereaksi atas sikap pemimpin partai ekstrim kanan Belanda, Geer Wilders yang meminta melarang Al-Quran di rumah-rumah dan di masjid
Iran dan Mesir mengecam pemimpin Partai untuk Kebebasan PVV, Geert Wilders, yang telah menyerukan pelarangan Al-Quran di Belanda. Menurut kementrian Luar Negeri Mesir, Wilders telah menunjukkan bahwa ia tidak tahu apa-apa tentang isi Al-Quran.
Selain Mesir, Iran juga bereaksi atas sikap Wilders. Iran mengatakan, pernyataan Wilders itu sangat tidak membangun. Sebab dunia, saat ini membutuhkan ajakan untuk saling mengerti, dialog dan tenggang rasa.
Teheran juga mengeluarkan pernyataannya dalam sebuah siaran pers yang disebarkan oleh kedutaan Iran di Den Haag. Belanda harus mengambil sikap untuk melawan kekuatan yang memecah belah, demikian pernyataan Iran.
Pemerintah Belanda Rabu kemarin telah mengambil jarak terhadap seruan Wilders itu. Kabinet berpendapat, batas-batas kesopanan telah dilanggar oleh Wilders.
Sebagaimana diketahui, ketua partai ekstrim kanan Belanda, Geert Wilders ingin agar Al-Quran dilarang di Belanda. Sikap Geert Wilders ini pertama kali tercetus saat menulis opini di harian Belanda de Volkskrant.
Geert Wilders menyamakan Al-Quran dengan Mein Kampf, buku yang ditulis oleh Adolf Hitler pada tahun 1924. Dalam buku ini, Hitler menguraikan teori politik nasional sosialisme, atau Nazi, anti semitisme dan keunggulan ras Arya. Ketika kaum Nazi menguasai Jerman, dasar-dasar pemikiran seperti itulah, yang mengakibatkan berbagai kesengsaraan dan penderitaan masyarakat Eropa pada zaman Perang Dunia Kedua. Karena itu, kini penjualan buku Mein Kampf dilarang.
Bunyi usul Wilders untuk melarang Al-Quran, isinya justru meminta lebih jauh dari larangan atas Mein Kampf. Wilders ingin melarang pemilikan Al-Quran di rumah-rumah dan masjid-masjid. Dan orang yang melanggar larangan tersebut, harus dihukum, demikian kata ketua fraksi Partai Kebebasan di Belanda ini.
Namun usul untuk melarang Al-Quran yang dilancarkan oleh politikus ekstrim kanan Belanda ini jelas sulit dipahami oleh dunia internasional. [ranesi/hid/www.hidayatullah.com]
Iran dan Mesir mengecam pemimpin Partai untuk Kebebasan PVV, Geert Wilders, yang telah menyerukan pelarangan Al-Quran di Belanda. Menurut kementrian Luar Negeri Mesir, Wilders telah menunjukkan bahwa ia tidak tahu apa-apa tentang isi Al-Quran.
Selain Mesir, Iran juga bereaksi atas sikap Wilders. Iran mengatakan, pernyataan Wilders itu sangat tidak membangun. Sebab dunia, saat ini membutuhkan ajakan untuk saling mengerti, dialog dan tenggang rasa.
Teheran juga mengeluarkan pernyataannya dalam sebuah siaran pers yang disebarkan oleh kedutaan Iran di Den Haag. Belanda harus mengambil sikap untuk melawan kekuatan yang memecah belah, demikian pernyataan Iran.
Pemerintah Belanda Rabu kemarin telah mengambil jarak terhadap seruan Wilders itu. Kabinet berpendapat, batas-batas kesopanan telah dilanggar oleh Wilders.
Sebagaimana diketahui, ketua partai ekstrim kanan Belanda, Geert Wilders ingin agar Al-Quran dilarang di Belanda. Sikap Geert Wilders ini pertama kali tercetus saat menulis opini di harian Belanda de Volkskrant.
Geert Wilders menyamakan Al-Quran dengan Mein Kampf, buku yang ditulis oleh Adolf Hitler pada tahun 1924. Dalam buku ini, Hitler menguraikan teori politik nasional sosialisme, atau Nazi, anti semitisme dan keunggulan ras Arya. Ketika kaum Nazi menguasai Jerman, dasar-dasar pemikiran seperti itulah, yang mengakibatkan berbagai kesengsaraan dan penderitaan masyarakat Eropa pada zaman Perang Dunia Kedua. Karena itu, kini penjualan buku Mein Kampf dilarang.
Bunyi usul Wilders untuk melarang Al-Quran, isinya justru meminta lebih jauh dari larangan atas Mein Kampf. Wilders ingin melarang pemilikan Al-Quran di rumah-rumah dan masjid-masjid. Dan orang yang melanggar larangan tersebut, harus dihukum, demikian kata ketua fraksi Partai Kebebasan di Belanda ini.
Namun usul untuk melarang Al-Quran yang dilancarkan oleh politikus ekstrim kanan Belanda ini jelas sulit dipahami oleh dunia internasional. [ranesi/hid/www.hidayatullah.com]
Geert Wilders
Soal Geert Wilders
Perro de Jong 23-01-2008
Bagaimana sikap orang Belanda di luar negeri terhadap film anti Al Qur'an yang akan dibuat politikus ekstrim kanan Belanda Geert Wilders? Pekan-pekan belakangan kedutaan besar Belanda di luar negeri, terutama di negara-negara Islam, sibuk menyusun rencana darurat.
Banyak yang menilai langkah itu berlebihan. Tetapi warga Belanda di luar negeri, terutama di negara Islam, menyikapinya sebagai bahaya yang saat ini pun sudah mereka rasakan. Lebih dari 1000 orang Belanda di luar negeri, memberikan pendapat tentang ribut-ribut seputar film Geert Wilders yang belum ditayangkan. Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui tanggapan kedutaan besar. Namun di negara-negara Islam sembilan persen mengatakan telah dihubungi dan mendapat informasi dari kedutaan mereka. Orang Belanda di luar negeri terutama bersikap lugas. Mereka berpendapat bahwa media terlalu banyak menyoroti ucapan-ucapan Wilders. Mereka juga tidak punya hengkang ke Belanda selama beberapa waktu.
Bahaya
Tapi semuanya itu tidak berarti mereka tidak cemas akan posisi mereka atau posisi Wilders. Menurut sembilan dari sepuluh responden Belanda di luar negeri Wilderslah yang menghadapi bahaya. Separo dari mereka memperingatkan bahwa perusahaan Belanda kelak akan diboikot gara-gara film Wilders. Persentase yang lebih kecil lagi bahkan khawatir akan adanya serangan terhadap sasaran Belanda. Tapi yang paling mencolok adalah bahwa 43 persen orang Belanda di luar negeri menyatakan saat ini sudah terganggu bahkan mengalami bahaya gara-gara Wilders. Secara global delapan persen menyatakan terganggu.
Politik
Kendati demikian, mayoritas orang Belanda di negara-negara Islam berpendapat kalangan politik tidak perlu menindak film Wilders dan ia bebas mengeluarkan pendapat. Tapi menurut mereka Wilders mempolarisasi masyarakat Belanda dengan ucapan-ucapannya itu dan menghina orang banyak. Hampir duapertiga orang Belanda di luar negeri mengatakan Wilders menyuarakan apa yang ada di benak mereka. Menurut orang Belanda di luar negeri tanggung jawab berada di kalangan politik di Den Haag, Belanda. Tiga perempat dari mereka berpendapat partai-partai politik besar sampai sekarang tidak menangani masalah warga pendatang. Karena itulah Wilders mendapat peluang.
Berimbang
Pendapat orang Belanda di luar negeri berimbang terhadap peringatan Wilders soal islamisasi. Walaupun demikian, sekitar delapan persen orang Belanda di negara-negara Islam, menyatakan sependapat dengan Wilders bahwa Islam adalah budaya yang 'terbelakang'. Mayoritas kecil orang Belanda di luar negeri cemas akan pengaruh Islam di Belanda, tapi mereka yang tinggal di negara-negara Islam lebih optimis. Kedua kelompok menyatakan mustahil Belanda kelak akan diislamisasi. Mayoritas responden mengatakan bahwa Wilders tidak terlalu disorot di negara yang mereka tempati. Di lingkungan mereka sendiri pun tidak ada yang mengetahui ucapan-ucapan Wilders. Tapi kalau pun ada yang mengetahuinya, maka topik itu lebih populer daripada bunga tulip: 70 persen membicarakan Wilders. Dan mereka memang senang turut berbicara. Isu atau bukan, sekelompok kecil orang Belanda di luar negeri menyatakan tidak akan menonton film Wilders kalau ditayangkan lewat internet. Tapi yang lain ingin melihat dengan mata kepala sendiri apa sebenarnya yang menyebabkan ribut-ribut.
Perro de Jong 23-01-2008
Bagaimana sikap orang Belanda di luar negeri terhadap film anti Al Qur'an yang akan dibuat politikus ekstrim kanan Belanda Geert Wilders? Pekan-pekan belakangan kedutaan besar Belanda di luar negeri, terutama di negara-negara Islam, sibuk menyusun rencana darurat.
Banyak yang menilai langkah itu berlebihan. Tetapi warga Belanda di luar negeri, terutama di negara Islam, menyikapinya sebagai bahaya yang saat ini pun sudah mereka rasakan. Lebih dari 1000 orang Belanda di luar negeri, memberikan pendapat tentang ribut-ribut seputar film Geert Wilders yang belum ditayangkan. Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui tanggapan kedutaan besar. Namun di negara-negara Islam sembilan persen mengatakan telah dihubungi dan mendapat informasi dari kedutaan mereka. Orang Belanda di luar negeri terutama bersikap lugas. Mereka berpendapat bahwa media terlalu banyak menyoroti ucapan-ucapan Wilders. Mereka juga tidak punya hengkang ke Belanda selama beberapa waktu.
Bahaya
Tapi semuanya itu tidak berarti mereka tidak cemas akan posisi mereka atau posisi Wilders. Menurut sembilan dari sepuluh responden Belanda di luar negeri Wilderslah yang menghadapi bahaya. Separo dari mereka memperingatkan bahwa perusahaan Belanda kelak akan diboikot gara-gara film Wilders. Persentase yang lebih kecil lagi bahkan khawatir akan adanya serangan terhadap sasaran Belanda. Tapi yang paling mencolok adalah bahwa 43 persen orang Belanda di luar negeri menyatakan saat ini sudah terganggu bahkan mengalami bahaya gara-gara Wilders. Secara global delapan persen menyatakan terganggu.
Politik
Kendati demikian, mayoritas orang Belanda di negara-negara Islam berpendapat kalangan politik tidak perlu menindak film Wilders dan ia bebas mengeluarkan pendapat. Tapi menurut mereka Wilders mempolarisasi masyarakat Belanda dengan ucapan-ucapannya itu dan menghina orang banyak. Hampir duapertiga orang Belanda di luar negeri mengatakan Wilders menyuarakan apa yang ada di benak mereka. Menurut orang Belanda di luar negeri tanggung jawab berada di kalangan politik di Den Haag, Belanda. Tiga perempat dari mereka berpendapat partai-partai politik besar sampai sekarang tidak menangani masalah warga pendatang. Karena itulah Wilders mendapat peluang.
Berimbang
Pendapat orang Belanda di luar negeri berimbang terhadap peringatan Wilders soal islamisasi. Walaupun demikian, sekitar delapan persen orang Belanda di negara-negara Islam, menyatakan sependapat dengan Wilders bahwa Islam adalah budaya yang 'terbelakang'. Mayoritas kecil orang Belanda di luar negeri cemas akan pengaruh Islam di Belanda, tapi mereka yang tinggal di negara-negara Islam lebih optimis. Kedua kelompok menyatakan mustahil Belanda kelak akan diislamisasi. Mayoritas responden mengatakan bahwa Wilders tidak terlalu disorot di negara yang mereka tempati. Di lingkungan mereka sendiri pun tidak ada yang mengetahui ucapan-ucapan Wilders. Tapi kalau pun ada yang mengetahuinya, maka topik itu lebih populer daripada bunga tulip: 70 persen membicarakan Wilders. Dan mereka memang senang turut berbicara. Isu atau bukan, sekelompok kecil orang Belanda di luar negeri menyatakan tidak akan menonton film Wilders kalau ditayangkan lewat internet. Tapi yang lain ingin melihat dengan mata kepala sendiri apa sebenarnya yang menyebabkan ribut-ribut.
Kebangkitan Geert Wilders. Pendulum Politik Belanda Berayun ke Kanan
Geert Wilders
Di Belanda, strategi politik kelompok Kiri yang mendatangkan imigran agar mereka memberi suara bagi “terpilihnya masyarakat baru” ternyata telah memukul mereka sendiri. Setelah pemilu bulan November 2006, Partai Buruh Belanda (PvdA) menunjuk dua menteri imigran untuk mengurus masalah imigran Muslim. Menteri imigran Admed Aboutaleb lahir di Maroko dan menteri imigran Nebahat Albayrak lahir di Turki, keduanya punya warga negara ganda. Geert Wilders adalah ketua Partai Kemerdekaan (PW) yang terkenal sangat menentang Islam. Geert Wilders menentang penunjukkan kedua menteri ini karena selain punya kewarganegaraan Belanda, masing2 juga punya kewarganegaraan Maroko dan Turki. Wilders berkata dia ragu akan kesetiaan warga negara Belanda yang juga ingin setia terhadap negara asalnya. Pernyataan politik Wilders dikecam, tapi masyarakat Belanda tampaknya berpihak padanya. Kemaren, poll pengumpulan pendapat Belanda yang sangat dipercaya menunjukkan bahwa Partai Wilders telah menjadi hampir sama besar dengan PvdA dalam pembagian 150 kursi Parlemen Belanda. Jika Pemilu diadakan hari ini, maka PW akan dapat 19 kursi (dibandingkan hanya 9 kursi di Pemilu tahun lalu), sedangkan partai Pemerintah PvdA hanya akan dapat 20 kursi (turun dari 33 kursi tahun lalu). Sekutu partai PvdA juga tidak akan mampu mengurangi kekalahan tersebut. Partai Kristen Demokrat CDA milik PM Jan-Peter Balkenende, hanya akan dapat 38 kursi (sekarang punya 41 kursi di Parlemen) dan partai Calvinist CU akan dapat 8 kursi (naik dari 6 kursi tahun lalu). Persekutuan CDA-PvdA-CU akan kehilangan kedudukan mayoritanya. Pemilu November 2006 menunjukkan ayunan kuat ke politik kiri. Tapi poll kemaren menunjukkan bahwa pendapat masyarakat di Belanda sekarang kembali lagi berayun ke kanan. Seperti yang kutunjukkan bulan lalu di American Conservative, politik Belanda berayun bagaikan pendulum. Masyarakat Belanda terang2an menolak pemberian suaka oleh Menteri Albayrak terhadap pendatang asing. Menurut Menteri Muslimah ini, proposal amnesti yang disetujui pihak Parlemen bulan Juni lalu, akan menguntungkan setidaknya 30.000 orang. Para pengritik memperingatkan bahwa hal ini akan mengakibatkan masuknya setengah juta orang asing ke Belanda. Di hari Sabtu lalu Prof. Ruud Peters yang mengajar hukum Islam di Universitas Amsterdam, mengatakan di pertemuan PvdA bahwa dia menunggu tibanya hari wanita berburka menduduki posisi di Parlemen. Ketua PvdA Wouter Bos, yang adalah PM Belanda dan juga Menteri Keuangan berkata bahwa menteri2 Aboutaleb dan Albayrak tidak akan mengenakan burka. “Kami bukan satu2nya partai yang beranggotakan politikus Muslim terkemuka. Kami berjuang bagi toleransi dan Islam liberal,” katanya. Greet Wilders meragukan apakah ada toleransi dan liberalisme dalam Islam. Bulan lalu dia mengusulkan agar Qur’an dilarang beredar, dan buku ini disebutnya sebagai “buku fasis yang mengajarkan kebencian dan pembunuhan.” Dia berkata dia ingin buku itu dilarang, bahkan di mesjid2 Belanda sekalipun. Pihak Pemerintah Belanda mempertimbangkan untuk menuntut Wilders atas pernyataannya, yang dianggap beberapa pihak sebagai ucapan kebencian rasial. Di lain pihak, kelompok Neo-Nazis Belanda mengritik Wilders atas politik neo-konservatismenya. “Kapitalisme Kasino” Wilders akan menyebabkan yang kaya tambah kaya dan yang miskin semakin miskin dan hanya menambah masalah dalam masyarakat multi kultur, demikian yang ditulis dalam website Dutch People’s Union (NVU). Meskipun kelompok Neo-Nazis memperkirakan PW partai milik Wilders akan menang 30 kursi di pemilu selanjutnya, mereka menyebutnya sebagai politikus yang “berbahaya” karena dia adalah “kawan Israel.”
Di Belanda, strategi politik kelompok Kiri yang mendatangkan imigran agar mereka memberi suara bagi “terpilihnya masyarakat baru” ternyata telah memukul mereka sendiri. Setelah pemilu bulan November 2006, Partai Buruh Belanda (PvdA) menunjuk dua menteri imigran untuk mengurus masalah imigran Muslim. Menteri imigran Admed Aboutaleb lahir di Maroko dan menteri imigran Nebahat Albayrak lahir di Turki, keduanya punya warga negara ganda. Geert Wilders adalah ketua Partai Kemerdekaan (PW) yang terkenal sangat menentang Islam. Geert Wilders menentang penunjukkan kedua menteri ini karena selain punya kewarganegaraan Belanda, masing2 juga punya kewarganegaraan Maroko dan Turki. Wilders berkata dia ragu akan kesetiaan warga negara Belanda yang juga ingin setia terhadap negara asalnya. Pernyataan politik Wilders dikecam, tapi masyarakat Belanda tampaknya berpihak padanya. Kemaren, poll pengumpulan pendapat Belanda yang sangat dipercaya menunjukkan bahwa Partai Wilders telah menjadi hampir sama besar dengan PvdA dalam pembagian 150 kursi Parlemen Belanda. Jika Pemilu diadakan hari ini, maka PW akan dapat 19 kursi (dibandingkan hanya 9 kursi di Pemilu tahun lalu), sedangkan partai Pemerintah PvdA hanya akan dapat 20 kursi (turun dari 33 kursi tahun lalu). Sekutu partai PvdA juga tidak akan mampu mengurangi kekalahan tersebut. Partai Kristen Demokrat CDA milik PM Jan-Peter Balkenende, hanya akan dapat 38 kursi (sekarang punya 41 kursi di Parlemen) dan partai Calvinist CU akan dapat 8 kursi (naik dari 6 kursi tahun lalu). Persekutuan CDA-PvdA-CU akan kehilangan kedudukan mayoritanya. Pemilu November 2006 menunjukkan ayunan kuat ke politik kiri. Tapi poll kemaren menunjukkan bahwa pendapat masyarakat di Belanda sekarang kembali lagi berayun ke kanan. Seperti yang kutunjukkan bulan lalu di American Conservative, politik Belanda berayun bagaikan pendulum. Masyarakat Belanda terang2an menolak pemberian suaka oleh Menteri Albayrak terhadap pendatang asing. Menurut Menteri Muslimah ini, proposal amnesti yang disetujui pihak Parlemen bulan Juni lalu, akan menguntungkan setidaknya 30.000 orang. Para pengritik memperingatkan bahwa hal ini akan mengakibatkan masuknya setengah juta orang asing ke Belanda. Di hari Sabtu lalu Prof. Ruud Peters yang mengajar hukum Islam di Universitas Amsterdam, mengatakan di pertemuan PvdA bahwa dia menunggu tibanya hari wanita berburka menduduki posisi di Parlemen. Ketua PvdA Wouter Bos, yang adalah PM Belanda dan juga Menteri Keuangan berkata bahwa menteri2 Aboutaleb dan Albayrak tidak akan mengenakan burka. “Kami bukan satu2nya partai yang beranggotakan politikus Muslim terkemuka. Kami berjuang bagi toleransi dan Islam liberal,” katanya. Greet Wilders meragukan apakah ada toleransi dan liberalisme dalam Islam. Bulan lalu dia mengusulkan agar Qur’an dilarang beredar, dan buku ini disebutnya sebagai “buku fasis yang mengajarkan kebencian dan pembunuhan.” Dia berkata dia ingin buku itu dilarang, bahkan di mesjid2 Belanda sekalipun. Pihak Pemerintah Belanda mempertimbangkan untuk menuntut Wilders atas pernyataannya, yang dianggap beberapa pihak sebagai ucapan kebencian rasial. Di lain pihak, kelompok Neo-Nazis Belanda mengritik Wilders atas politik neo-konservatismenya. “Kapitalisme Kasino” Wilders akan menyebabkan yang kaya tambah kaya dan yang miskin semakin miskin dan hanya menambah masalah dalam masyarakat multi kultur, demikian yang ditulis dalam website Dutch People’s Union (NVU). Meskipun kelompok Neo-Nazis memperkirakan PW partai milik Wilders akan menang 30 kursi di pemilu selanjutnya, mereka menyebutnya sebagai politikus yang “berbahaya” karena dia adalah “kawan Israel.”
Langganan:
Postingan (Atom)